Untuk pertama kalinya dalam 20 tahun, Singapura akan melantik perdana menteri baru. Yakni Lawrence Wong, yang saat ini menjabat sebagai wakil perdana Menteri dan menteri keuangan, yang akan mengambil alih tampuk kekuasaan pada Rabu (15/5/2024).
Pria berusia 51 tahun ini akan menggantikan Lee Hsien Loong (72) – putra tertua perdana menteri pertama negara itu Lee Kuan Yew – yang menjabat semenjak Agustus 2004.
Wong ialah pemimpin keempat dalam 59 tahun sejarah Singapura sebagai negara merdeka. Seperti para mahjong ways 2 pendahulunya, dia ialah member Partai Aksi Rakyat (PAP), satu-satunya partai berkuasa yang pernah diketahui oleh warga Singapura.
Para pengamat mengatakan pemilu di negara kota itu bisa diadakan paling cepat tahun ini, walaupun masa jabatan pemerintahan saat ini baru usai pada tahun 2025.
Pada pemilu terakhir tahun 2020, PAP mendapatkan lebih dari 61 persen bunyi, cuma kehilangan 10 kursi di parlemen yang beranggotakan 98 orang.
Dan kini, pertaruhannya disebut lebih besar. Pemimpin baru umumnya diharapkan mendapatkan mandat kuat dari para pemilih.
Wong pun akan ditugaskan untuk mempertahankan dominasi PAP di hadapan tuntutan para pemilih yang semakin meningkat.
Mengutip Al Jazeera, Selasa (14/5), di antara informasi-informasi yang paling mendesak yang patut ditangani ialah menuntaskan kenaikan tarif hidup, populasi yang menua, perlambatan ekonomi, dan imigrasi. PAP juga diguncang oleh skandal korupsi yang jarang terjadi.
Selain itu, Wong patut menuntaskan kompetisi Amerika Serikat (AS)-China yang senantiasa terjadi karena pulau kecil ini ialah sekutu utama kedua negara adikuasa.
Siapa Lawrence Wong?
Wong yang dibuktikan berwatak halus dipilih oleh rekan-rekannya di antara “4G” atau pemimpin generasi keempat -jargon politik Singapura- untuk menjadi penerus Lee Hsien Loong pada April 2022.
Bagaimanapun, dia disebut bukanlah pilihan pertama mereka.
Pada tahun 2018, eks kepala Bank Sentral dan Menteri Pengajaran Singapura Heng Swee Keat yang ditunjuk untuk menggantikan Lee Hsien Loong. Di negara yang familiar dengan stabilitas politiknya, Heng memicu krisis politik kecil dengan mengundurkan diri dua separuh tahun kemudian, menggarisbawahi usianya dan mengakui bahwa dia tidak merasa mampu untuk menjalankan tugas itu semenjak permulaan.
Tidak seperti banyak rekannya di PAP, Wong tidak berasal dari sekolah terkemuka. Ia kuliah di University of Wisconsin–Madison di AS dengan beasiswa pemerintah dan memulai karier sebagai ekonom di Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura sebelum menjelang dunia politik pada tahun 2011.
Wong peraih gelar Master of Arts di bidang ekonomi terapan dari University of Michigan dan Master in Public Administration dari Harvard University.
Setelah menjabat sebagai menteri pada posisi yang dianggap kurang menarik, ialah menteri pembangunan nasional, dia tidak pernah dianggap sebagai calon perdana Menteri. Tapi, pandemi COVID-19 mengubah segalanya.
Sebagai salah satu pemimpin gugus tugas COVID-19 di Singapura, Wong muncul sebagai tokoh publik dalam respon pemerintah terhadap pandemic COVID-19. Ia muncul dalam konferensi pers yang disiarkan di TV dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari media asing dengan tangkas.
Momen seperti itu jarang terjadi di negara yang daya kerjanya buruk dalam peringkat tahunan Kebebasan Pers Dunia. Singapura berada di peringkat 126 dari 180 negara dan wilayah pada tahun ini.
“Tuan Wong diamati sebagai seorang teknokrat, ramah, dan mudah didekati. Ia mampu menuntaskan krisis COVID-19 dengan bagus, sehingga dia bisa diamati kompeten,” kata eks member parlemen PAP Inderjit Singh.